wahyu alquran

Penjelasan tentang wahyu

“Dan Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan seizin-Nya apa yang Dia Kehendaki.”
(QS. Asy-Syura [42] : 51)

Mengetahui apa itu wahyu

Al-Qur’an merupaka firman Allah yang diturunkan dan dikumpulkan menjadi sebuah buku (mushaf) seperti yang ada pada kita saat ini. Oleh karena itu, sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang Al-Qur’an, marilah kita mengkaji perihal wahyu terlebih dahulu. Dalam kajian ini kita akan membahas keberadaan wahyu, pengertiannya, cara turunnya & pembuktian bahwa Al-Qur’an itu benar adalah wahyu Allah SWT.

A. Menelusuri Keberadaan Wahyu

Ilmu pengetahuan yang telah maju seperti sekarang ini, membuat manusia sadar bahwa ternyata masih banyak misteri yang belum diketahui saat ini. Ilmu pengetahuan jugalah yang membuat manusia pada zaman ini menjadi sombong dan pongah. Dan mereka tidak mau mempercayai sesuatu yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Padahal banyak sekali fakta yang belum dapat ditelusuri secara ilmiah, namun mereka akui keberadaannya. Contohnya sebagai berikut :
1.           Rahasia tentang keberadaan roh.
2.           Hipnotis yang mampu membuat orang yang dihipnotis menuruti semua perintah orang yang menghipnotisnya.
3.           Berbicara dengan diri sendiri seperti dalam mimpi.
Atau hal yang saat ini mulai dipelajari dan dimanfaatkan seperti :
1.       Orang yang dapat mendengar percakapan yang diduga direkam oleh gelombang eter.
2.     Orang-orang yang mampu saling berbicara jarak jauh tanpa alat komunikasi.

Contoh-contoh yang disebutkan di atas menjelaskan bahwa sesuatu yang mustahil terjadi di antara kita, begitupula halnya sama dengan wahyu. Sedangkan seorang muslim, untuk meyakini sesuatu, selain berpegang pada contoh diatas, harus menjadikan nash sebagai dalil keberadaan wahyu. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu seperti Kami telah mewahyukan kepada Nuh & nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub & anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun & Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ [4] : 163)

Ibnu Katsir mengatakan : Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sakan & Adi bin Zaid berkata : Hai Muhammad, kami tidak mengetahui Allah menurunkan sesuatu kepada manusia setelah Musa !” Maka Allah menurunkan ayat ini (An-Nisa’ [4] : 163).

“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki diantara mereka …” (Yunus [10] : 2)

Ibnu Katsir berkata : Yakni Allah SWT memandang ganjil terhadap kaum kafir yang merasa heran terhadap pengutusan para rasul dari kalangan manusia. Mereka mengatakan, “Terlalu agung bagi Allah jika rasul-Nya berupa manusia seperti Muhammad.” Maka Allah AWJ menurunkan ayat ini (Yunus [10] : 2).

Dengan demikian, wahyu juga adalah sesuatu yang tidak mengherankan, walau belum ada penelitian ilmiah. Sebagai seorang yang berakal & beriman, adalah tidak pantas jika meragukan keberadaan wahyu ini.

B. Pengertian Wahyu


Pembahasan tentang pengertian wahyu terbagi menjadi dua. Yaitu pembahasan yang ditinjau menurut syara, dan yang menurut bahasa.
Menurut Bahasa
Ibnu Hajar Al-Asqalani[1] mengatakan wahyu adalah memberitahukan secara samar. Sedangkan menurut Al-Qattan[2], “Al-Wahy adalah kata masdar & materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar yaitu tersembunyi & cepat. Oleh karena itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi & cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya.” Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi :

1.      Ilham sebagai pedoman dasar manusia, seperti wahyu kepada ibu Musa as :
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia…” (Al-Qasas [28] : 7)

Ibnu Katsir berkata : Allah SWT memberitahukan kepada Ibu Musa & memasukkan ke dalam kesadarannya cara menangani Musa as.

2.       Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah :

“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang …” (An-Nahl [16] : 68)

Ibnu Katsir berkata : Yang dimaksud wahyu disini adalah ialah ilham, petunjuk & bimbingan bagi lebah agar ia membuat sarang.

3.       Isyarat yang cepat melalui rumus & kode seperti isyarat Zakaria as :


“Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka, “Hendaklah kamu bertasbih…” (Maryam [19] : 11)

Ibnu Katsir berkata : Maka ia (Zakaria) keluar dari mihrrab dimana dia menerima berita gembira akan mendapatkan anak laki-kali menuju kaumnya. Lalu dia memberi isyarat yang halus & cepat kepada mereka.

4.       Bisikan & tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia, firman Allah SWT :
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am [6] : 112)

Ibnu Katsir berkata : Ibnu Juraij berkata, “Mujahid menafsirkan ayat ini dengan jin-jin yang kafir adalah setan. Mereka membisikkan perkataan yang indah sebagai tipuan kepada setan-setan manusia berupa manusia kafir. Sebagian mereka melontarkan perkataan yang indah-indah & melemahkan kepada sebagian yang lain, perkataan yang elok yang dapat memperdaya si penyimak karena tidak mengetahui persoalan yang sebenarnya.


“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu”(Al-An’am [6] : 121)

Ibnu Katsir berkata : Ibnu Abbas berkata, “Sebenarnya ada dua wahyu, yaitu wahyu Allah & wahyu syaithan. Wahyu Allah diturunkan kepada Muhammad & wahyu syaithan diturunkan kepada teman-temannya yaitu kaum Quraisy.” Kemudian berkata Ibnu Abbas lagi bahwa sesungguhnya setan dari Persia mewahyukan kepada teman-temannya yaitu kaum Quraisy.

5.       Apa yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat :
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah…” (Al-Anfal [8] : 12)



Menurut Syara’

Ibnu Hajar berkata, “Secara terminology wahyu adalah memberitahukan hukum-hukum syari’at, namun terkadang yang dimaksud dengan wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan, yaitu kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” [3]

Imam Az-Zuhri mengatakan, “Wahyu ialah kalam Allah SWT yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-Nya kemudian dikukuhkan-Nya kedalam hatinya. Lalu Nabi itu menyatakan bahwa itu adalah wahyu & ditulisnya.” [4]

Muhammad Husein Abdullah mengatakan,“Wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT kepada rasul-rasul tentang risalah mereka.” [5]



C.       Cara Wahyu Turun


Sebagai kalam Allah SWT, wahyu yang turun kepada para malaikat, para nabi & rasul bisa dijelaskan sebagai berikut :

V       Kepada Malaikat

wahyu malaikat

 


Allah SWT menyampaikan wahyu secara langsung kepada malaikat.

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka bertanya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang …” (Al-Baqarah [2] : 30)[6]

“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat. “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian …” (Al-Anfal [8] : 12)

Hadits dari Nawas bin Sam’an yang mengatakan, “Rasulullah SAW bersabda :

“Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun tergetarlah dengan getaran – atau dia mengatakan goncangan – yang dahsyat karena takut kepada Allah AWJ. Apabila penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka diantara mereka itu adalah Jibril, maka Allah membicakan wahyu itu kepada Jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu, “Apakah yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai Jibril ? Jibril menjawab, “Dia mengatakan yang hak & Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah AWJ.” (HR. Tabarani)

V       Kepada Para Nabi & Rasul


Sampainya wahyu kepada para nabi & rasul melalui beberapa cara sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinnya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Asy-Syura (42) : 51)[7]
Penjelasan untuk tiga cara dari ayat diatas adalah :

1.      Perantaraan wahyu, yang terbagi menjadi tiga bagian. Yakni pertama, wahyu dimasukkan ke dalam hati & akalnya. Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya ruhul quds memasukkan perkataan ke dalam hati & akalku.” (HR. Al-Hakim)

“Roh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seorang itu tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki & ajalnya. Maka bertaqwalah kepada Allah, dan carilah rezeki dengan jalan yang baik.” (Hadits Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dengan sanad yang sahih)

Kedua, wahyu menjadi mimpi yang seolah nyata keika tidur. Allah SWT berfirman :

“Maka kami beri kabar gembira dengan seorang anak yang sangat sabar. Maka tatkala anak itu telah sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?” Dia menjawab, “Wahai bapak, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah SWT engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.” (As-Saffaat [37] : 101-102)

“Dari Aisyah ra dia berkata, “Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi hari.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Ibnu Hajar mengomentari hadits ini, menurutnya, “Turunnya wahyu dengan cara mimpi yang benar adalah untuk latihan bagi Nabi untuk menerima dalam keadaan sadar, kemudian ketika sadar beliau dapat melihat cahaya, mendengar suara & batu-batu kerikil memberi salam kepadanya.” Lebih lanjut Ibnu Hajar mengatakan bahwa Nabi mendapatkan wahyu lewat mimpi pada bulan kelahirannya yakni Rabi’ul Awal ketika umur beliau 40 tahun sedangkan turunnya wahyu dalam keadaan sadar pada bulan Ramadhan.

Ketiga, datang kepada Rasul SAW suara seperti dencingan lonceng & suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga beliau SAW dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara seperti ini paling berat buat Rasulullah SAW. Hadits dari Aisyah bahwa Haris bin Hisyam bertanya tentang wahyu & Rasulullah SAW menjawab :

“Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng & itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku & akupun memahami apa yang ia katakan.”

“Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW, adakah engkau merasakan wahyu ?” Nabi SAW menjawab, “Aku mendengar bunyi lonceng kemudian pada saat itu aku diam. Tidaklah diwahyukan kepadaku melainkan aku menyangka bahwa nyawaku sedang diambil.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)

2.       Yang disampaikan secara langsung, dan terbagi menjadi dua. Yang pertama, Allah SWT berbicara dibalik tabir :

“Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami diwaktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, Musa berkata, “Wahai Tuhan, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Al-a’raf [7] : 143)[12]

... وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.” (An-Nisa’ [4] : 164)[13]

Kedua, Allah SWT berbicara tanpa tabir. Menurut Ibnu Hajar pada malam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Allah SWT secara langsung tanpa hijab.[14]

3.       Yang disampaikan melalui perantara, yaitu Malaikat Jibril as

Wahyu Allah SWT disampaikan oleh malaikan Jibrl AS kepada Rasulullah SAW dengan dua cara. Pertama, Jibril menjelma dalam bentuk asli. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Nabi SAW bertemu Jibril as dalam wujud aslinya hanya dua kali saja. HR. Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud mengatakan pertemuan pertama ketika bertemu pertama kali & kedua ketika Isra’ Mi’raj. HR. Tirmidzi dari jalur Masruq dari Aisyah mengatakan pertemuan pertama di Sidratul Muntaha & kedua di Ajyad.[15]

Kedua, menjelma seperti manusia. Cara seperti inilah yang sangat disenangi Rasulullah SAW, karena rasanya seperti berhadapan dengan saudaranya sendiri. Aisyah ra berkata :

“Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi, sedang keringatpun mengucur dari dahi Rasulullah.” (HR. Bukhari)



D.      Keraguan Terhadap Al-Qur’an


Orang Jahiliyah sejak dahulu sampai sekarang selalu meragukan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Tujuannya adalah untuk menggugat kenabian beliau SAW dan keberadaan Al-Quranul Karim. Biasanya argument yang mereka gunakan adalah sebagai berikut :

1.       Al-Qur’an disebut sebagai karangan pribadi Muhammad SAW untuk meraih kekuasaan
Untuk menyanggah argument ini, katakanlah  :
a)               Rasulullah akan menisbatkan Al=Qur’an ke atas namanya sendiri jika Rasulullah hanya ingin kekuasaan, namun ternyata tidak pernag Rasul SAW melakukan itu.
b)              Jika Rasul SAW ingin menisbatkan Al-Qur’an dengan namanya sendiri agar dipandang bahwa kata-katanya terhormat, tentunya Rasulullah tak perlu mengeluarkan hadist sma sekali.
c)               Rasul SAW adalah sosok pribadi yang jujur sehingga digelar Al-Amin oleh orang Arab secara umum, sehingga tuduhan bahwa Al-Qur’an adalah karangan beliaw adalah salah besar dan tertolak.
d)              Rasul SAW tak pernah mengeluarkan perintah ataupun izin sebelum datangnya wahyu.
e)              RasulSAW ditegur dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an, jika Al-Qur’an adalah karangan beliau hal ini tak mungkin terjadi.
f)                Al-Qur’an mengandung berita umat yang terdahulu, peristiwa sejarah yang sudah amat jauh, dengan kejadian yang benar dan akurat, bahkan kejadian semesta alam yang tidak mungkin pernah dilihat manusia. Tak mungkin dikarang ol;eh nabi.

2.       Al-Qur’an dinukil Rasul SAW dari kitab sebelumnya yang diajarkan oleh para ahli kitab


Argument ini tertolak dengan alasan :
A.       Sejarah membuktikan bahwa Rasul SAW adalah seorang ummi atau buta menulis dan membaca.
B.       Memang benar Rasul SAW pernah bertemu dengan Rahib Bahira di Busyra di Syam, namun saat itu beliau SAW masih kecil & pertemuan itu sangat singkat.[16] Kemudian beliau SAW bertemu Waraqah bin Naufal, namun saat itu beliau SAW telah menjadi rasul bahkan hal itu diakui oleh Waraqah[17]. Kemudian beliau SAW juga banyak bertemu & mengadakan pembicaraan dengan Pendeta Yahudi & Nashrani, namun justru merekalah yang bertanya kepada beliau SAW bukan sebaliknya.

3.       Al-Qur’an buatan orang Arab

Argumentasi ini telah tertolak dengan ketidakmampuan orang Arab Jahilliah & termasuk orang Arab masa kini menjawab tantangan Allah SWT dalam banyak ayat yang menantang mereka membuat yang semisal Qur’an atau minimal satu surah semisal Qur’an. Hal ini karena ketinggian & keistimewaan susunan & kandungan ayat Qur’an yang merupakan mukjizat terbesar Rasul SAW.
Adapun ayat yang merupakan tantangan Allah bagi orang-orang yang meragukan bahwa Al-Qur’an itu dari sisi Allah SWT adalah :

A.      Menantang pembuatan kitab semisal Al-Qur’an

“Katakanlah, “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk dari pada keduanya, niscaya aku mengikutinya jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” (QS. Al-Qashash [28] : 49)[18]
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia & jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Israa [17] : 88)[19]

Asbabun Nuzul dari ayat ini adalah Salam bin Musykam cs & Kaum Yahudi berkata, “ ... Turunkanlah kepada kami sebuah kitab yang kami kenal. Kalau tidak, kami akan mendatangkan kepadamu seperti yang engkau bawa.” (HR. Ibnu Ishaq & Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas).

B.       Menantang mendatangkan kalimat semisal Al-Qur’an
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. At-Thur [52] : 34)[20]

C.       Menantang mendatangkan sepuluh surat semisal Al-Qur’an
“Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. ”Katakanlah, “(Kalau demikian) maka datangkanlah 10 surat yang dibuat-buat yang menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud [11] : 13)[21]

D.       Menantang mendatangkan satu surat semisal Al-Qur’an

“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakana itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya & panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil selain Allah ...” (QS. Yunus [10] : 38)[22]
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami, buatlah satu surat saja yang semisal Al-Qur’an itu & ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya & pasti kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka ...” (Al-Baqarah [2] : 23-24)[23]

4.       Al-Qur’an buatan orang lain


Al-Qur’an itu berbahasa Arab, jika uang membuat orang selain arab tidak mungkin bisa membuatnya. Sedangkan Orang Arab sendiri tak mampu membuat yang semisal Qur’an karena ketinggian, keistimewaan susunan & kandungan ayat Qur’an.
Adapula yang mengatakan bahwa Al-Qur’an diajarkan oleh orang Rum, seorang tukang besi di Mekkah yang bernama Zibr Ar-Rumi. Orang Musyrik mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang mengajarkan Al-Qur’an ini kepada Muhammad kecuali Zibr Ar-Rumi.” Majikan Zibr Ar-Rumi memukulinya & berkata, ”Kau mengajari Muhammad ?” Zibr Ar-Rumi menjawab, ”Tidak, demi Allah, malahan dialah yang mengajari & memberi petunjuk kepadaku ...” [24]. Oleh karena itu Allah SWT berfirman :

“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata : "Sesungguhnya Al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (ialah) bahasa `Ajam, sedang Al-Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS. An-Nahl [16] : 103)
Demikianlah penjelasan tentang wahyu yang dipaparkan dengan sangat jelas. Semoga dapat menaambah wawasan dan keinginan kalian untuk mempelajari Al-Qur’an. Sekian …

0 komentar:

Posting Komentar

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

 
Top