Home
»
dalil
»
Education
»
hadist
»
hukum belajar al-qur'an
»
kewajiban muslim
»
sejarah
»
wahyu
» Mengetahui asal-usul wahyu, pengertian dan sejarah turunnya wahyu dalam Islam
“Dan Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa
Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan seizin-Nya
apa yang Dia Kehendaki.”
(QS. Asy-Syura [42] : 51)
Al-Qur’an merupaka firman Allah yang diturunkan
dan dikumpulkan menjadi sebuah buku (mushaf) seperti yang ada pada kita saat
ini. Oleh karena itu, sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang Al-Qur’an, marilah
kita mengkaji perihal wahyu terlebih dahulu. Dalam kajian ini kita akan
membahas keberadaan wahyu, pengertiannya, cara turunnya & pembuktian bahwa
Al-Qur’an itu benar adalah wahyu Allah SWT.
Ilmu pengetahuan yang telah maju seperti
sekarang ini, membuat manusia sadar bahwa ternyata masih banyak misteri yang
belum diketahui saat ini. Ilmu pengetahuan jugalah yang membuat manusia pada
zaman ini menjadi sombong dan pongah. Dan mereka tidak mau mempercayai sesuatu
yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Padahal banyak sekali fakta yang belum
dapat ditelusuri secara ilmiah, namun mereka akui keberadaannya. Contohnya sebagai
berikut :
1.
Rahasia
tentang keberadaan roh.
2.
Hipnotis
yang mampu membuat orang yang dihipnotis menuruti semua perintah orang yang
menghipnotisnya.
3.
Berbicara
dengan diri sendiri seperti dalam mimpi.
Atau hal yang saat ini mulai dipelajari dan
dimanfaatkan seperti :
1. Orang
yang dapat mendengar percakapan yang diduga direkam oleh gelombang eter.
2. Orang-orang
yang mampu saling berbicara jarak jauh tanpa alat komunikasi.
Contoh-contoh yang disebutkan di atas
menjelaskan bahwa sesuatu yang mustahil terjadi di antara kita, begitupula
halnya sama dengan wahyu. Sedangkan seorang muslim, untuk meyakini sesuatu,
selain berpegang pada contoh diatas, harus menjadikan nash sebagai dalil
keberadaan wahyu. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu
seperti Kami telah mewahyukan kepada Nuh & nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub & anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun & Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada
Daud.” (An-Nisa’ [4] : 163)
Ibnu Katsir mengatakan : Muhammad bin Ishak
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sakan & Adi bin Zaid berkata : Hai Muhammad,
kami tidak mengetahui Allah menurunkan sesuatu kepada manusia setelah Musa !”
Maka Allah menurunkan ayat ini (An-Nisa’ [4] : 163).
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa
Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki diantara mereka …” (Yunus [10] : 2)
Ibnu Katsir berkata : Yakni Allah SWT memandang
ganjil terhadap kaum kafir yang merasa heran terhadap pengutusan para rasul
dari kalangan manusia. Mereka mengatakan, “Terlalu agung bagi Allah jika
rasul-Nya berupa manusia seperti Muhammad.” Maka Allah AWJ menurunkan ayat ini
(Yunus [10] : 2).
Dengan demikian, wahyu juga adalah sesuatu yang
tidak mengherankan, walau belum ada penelitian ilmiah. Sebagai seorang yang
berakal & beriman, adalah tidak pantas jika meragukan keberadaan wahyu ini.
Pembahasan tentang pengertian wahyu terbagi menjadi
dua. Yaitu pembahasan yang ditinjau menurut syara, dan yang menurut bahasa.
Ibnu Hajar Al-Asqalani[1] mengatakan wahyu
adalah memberitahukan secara samar. Sedangkan menurut Al-Qattan[2], “Al-Wahy
adalah kata masdar & materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar yaitu
tersembunyi & cepat. Oleh karena itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah
pemberitahuan secara tersembunyi & cepat yang khusus ditujukan kepada orang
yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya.”
Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi :
1.
Ilham sebagai pedoman dasar manusia, seperti wahyu kepada ibu Musa as :
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah
dia…” (Al-Qasas [28] : 7)
Ibnu Katsir berkata : Allah SWT memberitahukan
kepada Ibu Musa & memasukkan ke dalam kesadarannya cara menangani Musa as.
2.
Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah :
“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah,
“Buatlah sarang …” (An-Nahl [16] : 68)
Ibnu Katsir berkata : Yang dimaksud wahyu
disini adalah ialah ilham, petunjuk & bimbingan bagi lebah agar ia membuat
sarang.
3.
Isyarat yang cepat melalui rumus & kode seperti isyarat Zakaria as :
“Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi
isyarat kepada mereka, “Hendaklah kamu bertasbih…” (Maryam [19] : 11)
Ibnu Katsir berkata : Maka ia (Zakaria) keluar
dari mihrrab dimana dia menerima berita gembira akan mendapatkan anak laki-kali
menuju kaumnya. Lalu dia memberi isyarat yang halus & cepat kepada mereka.
4.
Bisikan & tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan
indah dalam diri manusia, firman Allah SWT :
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis)
jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan
apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am [6] : 112)
Ibnu Katsir berkata : Ibnu Juraij berkata,
“Mujahid menafsirkan ayat ini dengan jin-jin yang kafir adalah setan. Mereka
membisikkan perkataan yang indah sebagai tipuan kepada setan-setan manusia
berupa manusia kafir. Sebagian mereka melontarkan perkataan yang indah-indah
& melemahkan kepada sebagian yang lain, perkataan yang elok yang dapat
memperdaya si penyimak karena tidak mengetahui persoalan yang sebenarnya.
“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan
kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu”(Al-An’am [6] : 121)
Ibnu Katsir berkata : Ibnu Abbas berkata,
“Sebenarnya ada dua wahyu, yaitu wahyu Allah & wahyu syaithan. Wahyu Allah
diturunkan kepada Muhammad & wahyu syaithan diturunkan kepada
teman-temannya yaitu kaum Quraisy.” Kemudian berkata Ibnu Abbas lagi bahwa
sesungguhnya setan dari Persia mewahyukan kepada teman-temannya yaitu kaum
Quraisy.
5.
Apa yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat :
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para
malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah…” (Al-Anfal [8] :
12)
Menurut Syara’
Ibnu Hajar berkata, “Secara terminology wahyu
adalah memberitahukan hukum-hukum syari’at, namun terkadang yang dimaksud
dengan wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan, yaitu kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” [3]
Imam Az-Zuhri mengatakan, “Wahyu ialah kalam
Allah SWT yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-Nya kemudian
dikukuhkan-Nya kedalam hatinya. Lalu Nabi itu menyatakan bahwa itu adalah wahyu
& ditulisnya.” [4]
Muhammad Husein Abdullah mengatakan,“Wahyu
adalah pemberitahuan Allah SWT kepada rasul-rasul tentang risalah mereka.” [5]
Sebagai kalam Allah SWT, wahyu yang turun
kepada para malaikat, para nabi & rasul bisa dijelaskan sebagai berikut :
Allah SWT menyampaikan wahyu secara langsung
kepada malaikat.
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka
bertanya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang …”
(Al-Baqarah [2] : 30)[6]
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada
malaikat. “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian …”
(Al-Anfal [8] : 12)
Hadits dari Nawas bin Sam’an yang mengatakan,
“Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai
suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun tergetarlah dengan
getaran – atau dia mengatakan goncangan – yang dahsyat karena takut kepada
Allah AWJ. Apabila penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh
bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka
diantara mereka itu adalah Jibril, maka Allah membicakan wahyu itu kepada
Jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi
para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya
malaikat langit itu, “Apakah yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai Jibril
? Jibril menjawab, “Dia mengatakan yang hak & Dialah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan
Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah AWJ.”
(HR. Tabarani)
Sampainya wahyu kepada para nabi & rasul
melalui beberapa cara sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa
Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang
tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan
seizinnya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Asy-Syura (42) : 51)[7]
Penjelasan untuk tiga cara dari ayat diatas
adalah :
1.
Perantaraan wahyu, yang terbagi menjadi tiga bagian. Yakni pertama,
wahyu dimasukkan ke dalam hati & akalnya. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ruhul quds memasukkan perkataan
ke dalam hati & akalku.” (HR. Al-Hakim)
“Roh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku
bahwa seorang itu tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki &
ajalnya. Maka bertaqwalah kepada Allah, dan carilah rezeki dengan jalan yang
baik.” (Hadits Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dengan sanad yang sahih)
Kedua, wahyu menjadi mimpi yang seolah nyata
keika tidur. Allah SWT berfirman :
“Maka kami beri kabar gembira dengan seorang
anak yang sangat sabar. Maka tatkala anak itu telah sampai pada umur sanggup
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu ?” Dia menjawab, “Wahai bapak, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, insya Allah SWT engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang
sabar.” (As-Saffaat [37] : 101-102)
“Dari Aisyah ra dia berkata, “Sesungguhnya apa
yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah adalah mimpi yang benar di waktu tidur.
Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi
hari.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Ibnu Hajar mengomentari hadits ini, menurutnya,
“Turunnya wahyu dengan cara mimpi yang benar adalah untuk latihan bagi Nabi
untuk menerima dalam keadaan sadar, kemudian ketika sadar beliau dapat melihat
cahaya, mendengar suara & batu-batu kerikil memberi salam kepadanya.” Lebih
lanjut Ibnu Hajar mengatakan bahwa Nabi mendapatkan wahyu lewat mimpi pada
bulan kelahirannya yakni Rabi’ul Awal ketika umur beliau 40 tahun sedangkan
turunnya wahyu dalam keadaan sadar pada bulan Ramadhan.
Ketiga, datang kepada Rasul SAW suara seperti
dencingan lonceng & suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor
kesadaran, sehingga beliau SAW dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh
itu. Cara seperti ini paling berat buat Rasulullah SAW. Hadits dari Aisyah
bahwa Haris bin Hisyam bertanya tentang wahyu & Rasulullah SAW menjawab :
“Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan
dencingan lonceng & itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku
telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku
& akupun memahami apa yang ia katakan.”
“Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW, adakah
engkau merasakan wahyu ?” Nabi SAW menjawab, “Aku mendengar bunyi lonceng
kemudian pada saat itu aku diam. Tidaklah diwahyukan kepadaku melainkan aku
menyangka bahwa nyawaku sedang diambil.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)
2. Yang
disampaikan secara langsung, dan terbagi menjadi dua. Yang pertama, Allah SWT
berbicara dibalik tabir :
“Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan
Kami diwaktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung
kepadanya, Musa berkata, “Wahai Tuhan, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku
dapat melihat Engkau.” (Al-a’raf [7] : 143)[12]
... وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara
langsung.” (An-Nisa’ [4] : 164)[13]
Kedua, Allah SWT berbicara tanpa tabir. Menurut
Ibnu Hajar pada malam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Allah SWT
secara langsung tanpa hijab.[14]
3. Yang
disampaikan melalui perantara, yaitu Malaikat Jibril as
Wahyu Allah SWT disampaikan oleh malaikan Jibrl
AS kepada Rasulullah SAW dengan dua cara. Pertama, Jibril menjelma dalam bentuk
asli. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Nabi SAW bertemu Jibril as dalam wujud
aslinya hanya dua kali saja. HR. Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud mengatakan
pertemuan pertama ketika bertemu pertama kali & kedua ketika Isra’ Mi’raj.
HR. Tirmidzi dari jalur Masruq dari Aisyah mengatakan pertemuan pertama di
Sidratul Muntaha & kedua di Ajyad.[15]
Kedua, menjelma seperti manusia. Cara seperti
inilah yang sangat disenangi Rasulullah SAW, karena rasanya seperti berhadapan
dengan saudaranya sendiri. Aisyah ra berkata :
“Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang
turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi,
sedang keringatpun mengucur dari dahi Rasulullah.” (HR. Bukhari)
Orang Jahiliyah sejak dahulu sampai sekarang
selalu meragukan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Tujuannya
adalah untuk menggugat kenabian beliau SAW dan keberadaan Al-Quranul Karim. Biasanya
argument yang mereka gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Al-Qur’an disebut sebagai karangan pribadi Muhammad SAW untuk meraih
kekuasaan
a)
Rasulullah
akan menisbatkan Al=Qur’an ke atas namanya sendiri jika Rasulullah hanya ingin
kekuasaan, namun ternyata tidak pernag Rasul SAW melakukan itu.
b)
Jika
Rasul SAW ingin menisbatkan Al-Qur’an dengan namanya sendiri agar dipandang
bahwa kata-katanya terhormat, tentunya Rasulullah tak perlu mengeluarkan hadist
sma sekali.
c)
Rasul
SAW adalah sosok pribadi yang jujur sehingga digelar Al-Amin oleh orang Arab
secara umum, sehingga tuduhan bahwa Al-Qur’an adalah karangan beliaw adalah
salah besar dan tertolak.
d)
Rasul
SAW tak pernah mengeluarkan perintah ataupun izin sebelum datangnya wahyu.
e)
RasulSAW
ditegur dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an, jika Al-Qur’an adalah karangan
beliau hal ini tak mungkin terjadi.
f)
Al-Qur’an
mengandung berita umat yang terdahulu, peristiwa sejarah yang sudah amat jauh,
dengan kejadian yang benar dan akurat, bahkan kejadian semesta alam yang tidak
mungkin pernah dilihat manusia. Tak mungkin dikarang ol;eh nabi.
A.
Sejarah membuktikan bahwa Rasul SAW adalah seorang ummi atau buta
menulis dan membaca.
B.
Memang benar Rasul SAW pernah bertemu dengan Rahib Bahira di Busyra di
Syam, namun saat itu beliau SAW masih kecil & pertemuan itu sangat
singkat.[16] Kemudian beliau SAW bertemu Waraqah bin Naufal, namun saat itu
beliau SAW telah menjadi rasul bahkan hal itu diakui oleh Waraqah[17]. Kemudian
beliau SAW juga banyak bertemu & mengadakan pembicaraan dengan Pendeta
Yahudi & Nashrani, namun justru merekalah yang bertanya kepada beliau SAW
bukan sebaliknya.
Argumentasi ini telah tertolak dengan
ketidakmampuan orang Arab Jahilliah & termasuk orang Arab masa kini
menjawab tantangan Allah SWT dalam banyak ayat yang menantang mereka membuat
yang semisal Qur’an atau minimal satu surah semisal Qur’an. Hal ini karena
ketinggian & keistimewaan susunan & kandungan ayat Qur’an yang
merupakan mukjizat terbesar Rasul SAW.
Adapun ayat yang merupakan tantangan Allah bagi
orang-orang yang meragukan bahwa Al-Qur’an itu dari sisi Allah SWT adalah :
A. Menantang pembuatan kitab semisal
Al-Qur’an
“Katakanlah, “Datangkanlah olehmu sebuah kitab
dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk dari pada keduanya,
niscaya aku mengikutinya jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” (QS.
Al-Qashash [28] : 49)[18]
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia &
jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Israa [17] : 88)[19]
Asbabun Nuzul dari ayat ini adalah Salam bin
Musykam cs & Kaum Yahudi berkata, “ ... Turunkanlah kepada kami sebuah
kitab yang kami kenal. Kalau tidak, kami akan mendatangkan kepadamu seperti
yang engkau bawa.” (HR. Ibnu Ishaq & Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas).
B. Menantang mendatangkan kalimat semisal
Al-Qur’an
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat
yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. At-Thur
[52] : 34)[20]
C. Menantang mendatangkan sepuluh surat
semisal Al-Qur’an
“Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah
membuat-buat Al-Qur’an itu. ”Katakanlah, “(Kalau demikian) maka datangkanlah 10
surat yang dibuat-buat yang menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud
[11] : 13)[21]
D. Menantang mendatangkan satu surat
semisal Al-Qur’an
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad
membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakana itu), maka
cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya & panggillah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil selain Allah ...” (QS. Yunus [10] : 38)[22]
Al-Qur’an itu berbahasa Arab, jika uang membuat
orang selain arab tidak mungkin bisa membuatnya. Sedangkan Orang Arab sendiri
tak mampu membuat yang semisal Qur’an karena ketinggian, keistimewaan susunan
& kandungan ayat Qur’an.
Adapula yang mengatakan bahwa Al-Qur’an
diajarkan oleh orang Rum, seorang tukang besi di Mekkah yang bernama Zibr
Ar-Rumi. Orang Musyrik mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang mengajarkan
Al-Qur’an ini kepada Muhammad kecuali Zibr Ar-Rumi.” Majikan Zibr Ar-Rumi
memukulinya & berkata, ”Kau mengajari Muhammad ?” Zibr Ar-Rumi menjawab,
”Tidak, demi Allah, malahan dialah yang mengajari & memberi petunjuk
kepadaku ...” [24]. Oleh karena itu Allah SWT berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka
berkata : "Sesungguhnya Al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa)
Muhammad belajar kepadanya (ialah) bahasa `Ajam, sedang Al-Qur'an adalah dalam
bahasa Arab yang terang.” (QS. An-Nahl [16] : 103)
Demikianlah penjelasan tentang wahyu yang
dipaparkan dengan sangat jelas. Semoga dapat menaambah wawasan dan keinginan
kalian untuk mempelajari Al-Qur’an. Sekian …
Post Terkait
Hukum Perdukunan, datang dan bertanya pada dukun
28 Feb 20160dukun adalah penipu Perdukunan dalam bahasa arab adalah Kahanah wazan fa'alah yang diambil dar...Read more »
Apa pengertian tawassul serta bagaimana hukumnya dalam islam ?
28 Feb 20160Secara bahasa tawassul artinya adalah mendekatkan diri. Dalilnya yaitu seperti yang ada dalam firm...Read more »
Al-Qur'an Diturunkan Dengan 7 Huruf
26 Feb 20160“Rasulullah berkata : Jibril membacakan (Qur’an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang ...Read more »
Asbabun Nuzul, pengertian serta kegunaannya
26 Feb 20160“(Al-Qur’an) itu adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-ora...Read more »
Pengertian Ayat Muhkam Dan Mutasyabihat
26 Feb 20160“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Diantara (isi)-nya ada ayat-ayat yang muhk...Read more »
Apa Yang Dimaksud Dengan Nasikh Dan Mansukh ?
26 Feb 20160“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan ya...Read more »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.